Labelsss

Rabu, 06 Juni 2012

Saat Kami Bergerak Menuju Curug Seribu, Gunung Bunder Bogor

Assalamualaikum Wr. Wb.
Pada postingan kali ini, saya akan menceritakan sedikit perjalanan saya bersama kawan-kawan saya dimulai dari Bintaro, Tangerang Selatan sampai Curug Seribu Gunung Bunder, Bogor Jawa Barat.

Saya bersama kawan-kawan saya mempunyai suatu perkumpulan yang dinamakan MSC. Apa itu MSC? MSC adalah singkatan dari “Mengerti Sedikit Computer”. Mengapa diberi nama MSC? Karena saya dan kawan-kawan saya mengambil jurusan TKJ (Teknik Komputer Jaringan) disuatu sekolah yang bertempat di Pondok Aren, Tangerang Selatan, yaitu SMK YADIKA 5. Lalu apa hubungannya MSC dengan TKJ? Kalau TKJ itu jelas-jelas nama jurusan yang berada di SMK YADIKA tersebut, sedangkan MSC itu hanya nama plesetan agar tidak kaku didengar. hahaha
Dan pada tahun lalu yaitu tahun 2011, kami mengadakan tour ke Curug Seribu, Gunung Bunder Bogor.
Bagaimana ceritanya? Silahkan simak baik baik :D
Kami bergerak menuju Curug Seribu dengan anggota 11 orang, yaitu; Saya, Ozza, Syahrul, Ucuk, Rafli, Amri, Cemplon (Dimas), Lukman, Panji, Mehoy, dan Gipronk.

Perjanjian dihari kemarin, kami akan berangkat jam 17.00 WIB, dan anda tau akhirnya kami berangkat jam berapa? Jam 21.00 WIB. Hahaha
Sekitar pukul 20.00 WIB kami baru menyiapkan alat alat untuk menuju curug tersebut, apa saja alatnya? Yaitu; 2 buah senter, 1 tenda, makanan, minuman, dan tak lupa 6 bungkus rokok.
Setelah menyiapkan alat tersebut, kami pun bergegas untuk melakukan perjalanan pukul 21.00 WIB.

Ditengah jalan, gue juga lupa itu nama tempatnya apa, pokoknya dekat dengan Gunung Sindur, kami 11 orang dengan muka “Percaya Diri” langsung memotong jalan (niatnya biar cepet sampe gitu), tapi sayangnya jalanan yang kami lalui itu sangat sangat tidak layak untuk dilalui sepeda motor, mungkin untuk motor cross sangat layak. Dan apa yang kami lakukan setelah melihat jalanan yang begitu parah? Kami pun hanya bilang “Hahahaha”.


Setelah menempuh 1km jalan motor cross, kami pun tiba di halaman depan Gunung Bunder, apa yang kami lakukan dan bicarakan? Kami melakukan aktifitas favorit di tongkrongan kami, yaitu “Clingak-Clinguk” sambil berkata “Itu di depan ada penjaga-nya ga sih? Kalo ga ada, kita masuk gratis nih”. Hahaha sambil istirahat di warung tapi warungnya tutup. Tak lama kemudian sang pemilik warung mengira kami akan menginap diwarung tersebut dan membeli apa yang dijual oleh sang pemilik warung, dan kami pun dengan muka Percaya Diri langsung kabur untuk masuk Gunung Bunder, entah gimana kelanjutan sang pemilik warung tersebut.

Tepat pukul 01.00 WIB, kami langsung menuju Curug Seribu, salah satu Curug tertinggi yang berada di Gunung Bunder, Bogor. Setelah sampai didepan pintu masuk Curug Seribu, kami kembali “Clingak-Clinguk” dan tak lupa mengatakan ”Ada orangnya gak?” hahaha dan ternyata Tuhan mengizinkan kami untuk masuk tanpa membayar (alias GA ADA ORANGNYA!!!). Hahaha


Selanjutnya kami pun gesit untuk parkir kendaraan karena tak sabar ingin turun ke Curug, setelah mengunci semua kendaraan dan ingin berjalan, lalu muncul pertanyaan “Yang jagain motor kita siapa ngo?” jawaban nya pun bervariasi, ada yang jawab “selaw apa” lalu ada yg menjawab “yaudah titipin diwarung depan aja”, lalu masalah selesai, dan kami pun kembali kewarung depan pintu masuk Curug Seribu, bukan warung yang tadi (depan pintu masuk Gunung Bunder). Hahaha


Setelah menitipkan kendaraan diwarung, lalu kami berjalan kaki menuju Curug, tak lama berjalan, ada lahan kosong dan lebar, cocok untuk didirikan tenda, tapi ada yang bilang “ini mah terlalu deket sama pintu masuk, udah mendingan pas di curug-nya aja kita diriin tenda-nya”, serempak menjawab “oke”.


Traffic Curug Seribu juga terbilang suram, mengapa? Karena hanya ada jalan setapak untuk dilalui, dan sebelah kanan-nya ada pohon-pohon atau tebing-tebing, yang sebelah kiri-nya adalah JURANG. Yang lebih parahnya lagi, kami hanya membawa 2 senter, kemudian senter tersebut dipegang oleh orang yang berada didepan dan dibelakang untuk menerangi jalan, selebihnya pada memakai senter HP. Hahaha


Cuaca dingin menyelimuti perjalanan kami menuju Curug. Ditengah perjalanan, kawan kami Syahrul dan Ucuk terlibat percakapan, yaitu:

Syahrul: Cuk, lu jalan-nya jangan terlalu ke kiri, itu Jurang ngo!
Ucuk: Yaelah....... Selaw apa...........
*Jurang masih dianggap selon. Hahaha

Tak lama kemudian, kami pun sampai di curug tersebut, seperti biasa, kami semua pun langsung “Clingak-Clinguk” sambil berkata “DIRIIN TENDA-NYA DIMANA NGO?!”. Hahahaha Ternyata tempat tersebut tidak ada tempat rata, ada tanah dan ada batu sehingga tenda tidak bisa di dirikan.


Lalu kami pun tidur seadanya disitu, ada yang langsung tidur asal-asalan, ada juga yang jongkok TAPI tidur. Hahahaha
Malam menuju Pagi itu biasanya manusia normal mulai lapar, dan kami pun membuka kacang dan mie yang kami bawa tadi, setelah makan biasanya manusia normal itu minum, lalu kami pun minum, dan minuman tersebut itu lalu habis, tak ada sisa untuk pagi nanti. Hahaha

 
Memasuki pukul 03.00 WIB sampai 05.00 WIB suhu Curug Seribu tambah dingin, dan yang hanya bisa kami lakukan yaitu jongkok dan tidur, mau ngapain lagi, hanya itu yang bisa dilakukan, mau gerak juga susah, kanan kiri belakang ga keliatan, akibat cuaca yang mulai dingin kami terpaksa mengumpulkan sampah bekas makanan yang tadi kami makan untuk dibakar, karena hanya sampah tersebut yg bisa dibakar, rumput rumput sekitar tidak ada yg bisa dibakar karena basah terkena embun.
Kami kira api yg kami buat bersama  sampah tadi itu cukup untuk menghangatkan, ternyata tidak!


Memasuki pukul 05.30 pencahayaan Curug Seribu mulai terlihat, dan yang pertama kami lakukan adalah berdiri dari tidur jongkok dan melihat keadaan sekitar, anda tau apa yang ada disebelah kanan kiri dan belakang? Yang ada disebelah kanan kiri belakang kami adalah jurang. Hahaha
Tapi kami bersyukur tidak ada gangguan dari alam lain, mungkin mereka juga kasihan melihat kami. Hahaha
  

Tak lama kemudian, kami pun langsung turun menuju gerojokan air, untuk sekedar berfoto ataupun mandi, hanya ada 2 dari teman kami yang masih tidur secara jongkok yaitu Amri dan Panji. Kurang dari 3 jam kami berada di air tersebut, kami pun memutuskan untuk naik dan kembali ke warung, mungkin udah pada cape, karena efek kurang tidur, tidur juga tidur jongkok, saya sendiri juga baru merasakan bagaimana rasanya tidur jongkok. Hahaha tidur jongkok itu tidak menimbulkan efek pegal pada kaki maupun badan, hanya saja sesudah tidur jongkok efek tersebut mulai terasa. Hahaha


Selama menempuh setengah perjalanan yang cukup jauh, dari curug ke pintu masuk, ada sedikit suara dari teman kami, dia berkata “air sama siapa?” hahaha ketauan udah abis dari semalem dan tidak ada sisa sama sekali. Kolaborasi antara istirahat sejenak dan tertawa-tertawa kecil pun kami lakukan dalam perjalanan menuju keluar.


Kurang dari 2 jam perjalanan, kami melihat warung dari kejauhan rasanya seperti melihat Nabi, sangat senang! Hahaha karena apa? Karena kami ingin makan dan minum tentunya. Setelah sampai diwarung tak lama kami memesan makanan dan minuman. Sambil menunggu makanan selesai dihidangkan, kami hanya bisa bengong dan keadaan diwarung tersebut pun sepi tidak ada suara bagaikan tidak ada orang, padahal ramai. Hahaha setelah makanan siap untuk dimakan, keadaan pun masih sepi, tidak ada celotehan ataupun lelucon yang dikeluarkan oleh salah satu dari kami, hanya ada suara perpaduan antara sendok dengan piring. Hahaha


Tetapi setelah makanan habis, suara suara pun mulai bermunculan, dan keadaan warung pun berubah drastis, yaitu perubahan dari yang tadinya sepi menjadi ramai bahkan berisik. Hahaha ya itulah kami, beda dengan manusia normal lainnya, kalo yang lain itu biasanya “laper berisik, kenyang diem”, kalau kami sebaliknya “laper diem, kenyang berisik” bahkan lebih berisik dari semua isi ragunan. Hahaha


Setelah selesai makan dan berbincang-bincang cukup lama, tak lama kami pun beranjak menuju rumah, disini saya jelaskan singkat saja. Hal menarik saat perjalanan pulang itu adalah mengendarai motor yang hanya tidur kurang dari 2 jam. Ironisnya saat pertengahan perjalanan, yang diboncengi atau yang sedang tidak membawa motor, itu mengantuk dan hampir jatoh, bisa dibayangkan kalau jatoh? Itu pasti beda ceritanya. Antara lucu dengan tidak lucu sih kalo ini, tetapi kami masih anggap lucu dan bersyukur Tuhan masih menyelamatkan.


Mungkin perjalanan ini sangat jauh dari kata enak, tetapi kami tetap menikmati, dan menerima keadaan. Mengapa kami menikmati meski keadaannya tidak enak? Kalau untuk perasaan individu jujur perjalanan tersebut memang tidak enak, tetapi kalau dirasakan secara kebersamaan itu sudah cukup, bahkan lebih dari cukup, karena kami memiliki rasa solidaritas yang saya anggap cukup tinggi.
Rasa solidaritas kami anggap cukup penting untuk merubah keadaan dari keadaan yang tidak enak bahkan pahit sekalipun!


Hanya itu yang bisa saya ingat-ingat dan saya ceritakan, mungkin masih banyak kejadian lain yang belum saya ceritakan. Bagi kawan semua yang membaca tulisan ini, cerita diatas itu bukanlah untuk dicontoh, silahkan contoh yang baik-baiknya saja, yang tidak baik jangan ditiru, karena tulisan diatas hanyalah sekedar menceritakan kejadian kami, bukan untuk dicontoh apalagi ditiru!
Mohon maaf apabila ada kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Jangan lupa komentarnya...... :D
Akhir kata, Wassalam...

Kode Smiley Untuk Komentar


:a   :b   :c   :d   :e   :f   :g   :h   :i   :j   :k   :l   :m   :n   :o   :p   :q   :r   :s   :t  
Comments
4 Comments

4 Komentar:

  1. Wakakakak tidur jongkok, harusnya di sensor itu gan =))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ga perlu sensor, udah lulus sensor. hahaha

      Hapus
  2. Dr basecamp pintu masuk Curug nya msh jauh ya...trs gmn panoramanya d situ

    BalasHapus

Jangan lupa tinggalkan komentar setelah membaca postingan.
Komentar anda sangat berguna bagi kemajuan blog ini,
Terima Kasih atas kunjungannya, selamat datang kembali.

Next Prev home